Minggu, 12 Juni 2016

STANDAR PROSEDUR OPERASI (SPO) BUDIDAYA DAN PASCAPANEN CABE MERAH



I.          Tujuan :

Mendapatkan cabe merah yang bermutu baik dan siap dipasarkan.

II.        Ruang lingkup :

a.         Penyiapan bibit.
b.         Penyiapan lahan.
c.         Penanaman.
d.         Perempelan.
e.         Pengairan.
f.          Pengajiran.
g.         Pemupukan.
h.         Pengendalian.
i.          Panen.
j.          Sortasi dan pengkelasan buah.
k.         Pengemasan.
l.          Penyimpanan.

III.       Definisi :
           
            Tidak ada.

IV.       Acuan :

Buku Petunjuk Dinas Pertanian.

V.        Penanggung jawab :

Petani dan Petugas Penyuluh Lapang

VI.       Langkah-langkah :

a.         Penyiapan bibit :
1)         Penyiapan media semai :
a)         Saring tanah dengan penyaring pasir agar ukuran butir-butir tanah seragam dan terbebas dari sisa kotoran dan sisa perakaran lain.
b)         Campurkan 2 ember tanah dengan 1 ember pupuk kandang.
c)         Haluskan 165 gr TSP lalu bersama Karbonfuran (75 g) ditambahkan kedalam campuran tanah pupuk kandang. Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan akar bibit (TSP) dan pengendalian serangan hama (Karbofuran).
d)         Aduk semua media semai secara merata, lalu masukan kedalam plastik polibag berukuran 8 cm x 10 cm atau 6 cm x 10 cm. Plastik polibag diisi cukup 90 % saja, sambil ditekan-tekan.

2)         Sterilisasi media semai :
a)         Tuangkan Basamid G sebanyak 150 g kedalam 1 m3 tanah media semai lalu aduk sampai rata.
b)         Campur adukan tanah dan Basamid G dengan pupuk kandang TSP/NPK hingga merata di lantai bersih, lalu siram dengan air agar gas yang dikeluarkan bekerja. Setelah itu aduk-aduk sekali lagi.
c)         Injak-injak media semai hingga agak padat lalu siram lagi dengan air hingga kondisi lapang (tidak terlalu becek atau terlalu kering).
d)         Tutup campuran media semai dengan plastik agar gas yang dikeluarkan Basamid G bekerja melimuti tanah media semai lalu biarkan selama 7-10 hari.
e)         Buka tutup plastik setelah 7-10 hari lalu aduk-aduk lagi media semai agar gas segera hilang. Aduk kembali sambil sesekali disiram dengan air. Angin-anginkan media semai sambil diaduk selama 7-14 hari.

3)         Penyemaian benih
a)         Buat rumah pembibitan (panjang 12 m, lebar 100-120 cm dan tinggi 75 cm) berupa sungkup dari plastik bening transparan atau kain strimin atau gabungan keduanya.
b)         Buat lubang-lubang kecil dibagian bawah dan samping polibag sebesar pensil agar kelebihan air terbuang, lalu masukan media semai.
c)         Buat lubang tanam benih pada polibag sebesar pensil sedalam 1,5 cm.
d)         Siapkan campuran abu sekam (jerami) dan tanah halus dengan perbandingan 2 : 1 sebagai penutup lubang tanam. Buka kantung kemasan dengan cara menggunting salah satu ujungnya, lalu masukan 1 sendok teh fungisida Derasol 60 WP dan 1 sendok teh bakterisida Agrinysin. Bungkusan kemasan kemudian dikocok-kocok.
e)         Masukan satu benih disetiap lubang tanam lalu tutup dengan campuran penutup lubang tadi.
f)         Siram semaian dengan air secukupnya.
g)         Tutup permukaan persemaian dengan kain karung goni agar kelembabannya terjaga. Bila benih telah berkecambah, karung goni terbuka.

4)         Pemeliharaan bibit :
a)         Buka sungkup plastik pada pagi hari hingga pukul 10.00 agar bibit mendapat sinar matahari pagi. Namun, sungkup harus ditutup bila hujan turun, agar bibit tidak rusak terkena terpaan air hujan, termasuk malam hari untuk mencegah masuknya ulat tanah dan anjing tanah.
b)         Kontrol kelembaban media tumbuh setiap hari meskipun musim hujan. Bila kekurangan air, bibit disiram dengan air bersih.
c)         Cabuti gulma berdaun lebar yang tumbuh dimedia semai dengan hati-hati agar akar bibit tidak ikut terangkat.
d)         Semprot bibit dengan pupuk daun majemuk yang dilengkapi unsur-unsur mikro 1 kali (Complesal Special Tonic atau Kemira Green) dengan dosis 1 g/l  atau 1 ml/l air pada umur 15-18 hari setelah semai.
e)         Semprotkan Decis (0,3-0,5 ml/lt) untuk mengendalikan hama dan Previcur N (1 ml/lt) untuk mengendalikan penyakit saat 1-3 hari menjelang bibit ditanam di kebun.

b.         Penyiapan Lahan :
1)         Bersihkan gulma dari lahan lalu bajak hingga tanah gembur. Kedalaman bajakan dilahan bekas padi sawah 8-12 cm, lahan bekas tanaman palawija 15-20 cm, lahan bekas atau disela-sela tanaman tahunan sedalam 20-25.
2)         Genangi lahan bajakan lalu keringkan dan digaru untuk menghancurkan bongkahan-bongkahan tanah hingga halus.
3)         Keringanginkan tanah selama 5-7 hari supaya struktur tanah menjadi remah.
4)         Taburkan kapur pertanian sebanyak 2-4 ton/ha atau sekitar 200-400 g per m2 bila tanah asam. Pengapuran juga menambah unsur hara kalsium maupum magnesium yang sangat diperlukan tanaman.
5)         Buat bedengan dengan ukuran berikut : panjang 10-12 m, lebar 110-120 cm, tinggi 30-40 cm (musim kemarau) dan 50-70 cm (musim hujan), lebar parasit 50-55 cm (musim kemarau) dan 60-70 cm (musim hujan). Taburkan pupuk kandang pada saat bedengan selesai 70 %. Pemberian pupuk kandang dilakukan per bedengan, dosisnya 1-1,5 kg/tanaman atau 18-27 ton per ha. Pupuk kandang selanjutnya dicangkul kecil-kecil agar tercampur dengan tanah di bedengan.
6)         Tebarkan pupuk kimia secara merata setelah 2 minggu pupuk kandang di berikan yakni ZA 20 g, urea 10 g, TSP 35 g, KCL 20 g, Borate 1 g dan Furadan 2 g per tanaman. Pada waktu dipupuk bedengan harus basah. Bedengan kemudian dicangkul kecil-kecil agar pupuk bercampur dengan tanah
7)         Ratakan permukaan bedengan dengan bilah bambu besar, lalu siram dengan air secukupnya.
8)         Kemudian bentangkan mulsa plastik hitam perak (PHP) pada saat cuaca panas supaya mudah mengembang bila ditarik kencang.

c.         Penanaman :
1)      Buat lubang tanam menurut sistem penanaman zig-zag (segitiga) dengan cara melubangi mulsa (menggunakan silet atau plat baja panas berdiameter 10 cm dan tingginya sekitar 15 cm). Jarak tanaman dalam 1 baris 60 cm dan jarak antar baris 70 cm.
2)      Genangi bedengan setinggi kira-kira 30-40 cm dari dasar parit sebelum penanaman bibit.
3)      Pilih bibit yang pertumbuhannya kekar dan subur 1 minggu sebelum ditanam.
4)      Lakukan pindah tanam pada saat bibit berumur 18-21 hari setelah semai (didataran rendah) atau 21-30 hari didataran tinggi, bibit telah memiliki 3-4 daun helai sejati.
5)      Celupkan bibit dalam air yang mengandung Derasol 2 g/ltd an Agrimicin /Agrept 1,2 g/lt untuk menangkal penyakit rebah kecambah, layu fusarium dan layu bakteri.
6)      Lakukan penanaman pada pagi hari atau saat udara sejuk.
7)      Permukaan media semai agak dipadatkan kemudian polibag dibuka secara perlahan agar media semai tidak pecah. Bila pecah tanaman akan dipaksa beradaptasi dengan tanah di lahan pertanaman sehingga tanaman bisa stress dan mati.
8)      Masukan bibit dan medianya kedalam lubang tanam lalu ratakan permukaan tanah disekitar bibit. Jaga jangan sampai ada rongga antar tanah media semai dengan tanah pada lubang media tanah.
9)      Tutuplah lubang tanam dengan tanah hingga rata dengan permukaan mulsa PHP (sebagaian mulsa PHP ikut tertutup tanah) agar udara panas tidak masuk kedalam perakaran tanaman muda.
10)    Tegakkan posisi bibit dilubang tanam dan hindarkan batang dan daun menempel di muka PHP karena dapat terbakar.
11)    Sirami permukaan tanah pada lubang tanam agar suhunya tidak terlalu panas.
12)    Lakukan penyulaman pada minggu pertama dan minggu kedua setelah penanaman yakni pada pagi atau sore hari.

d.         Perempelan
Tujuannya untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu produksi. Bagian tanaman yang dirempel sebagai berikut :
1)         Buang tunas yang keluar diketiak daun pada saat tanaman berumur 8-12 HST didataran rendah dan sedang atau 15-20 HST di dataran tinggi. Perempelan biasanya dilakukan 2-3 kali hingga terbentuk percabangan utama yang ditandai dengan munculnya bunga pertama sekitar umur 17-21 HST didataran rendah dan sedang atau 25-30 HST di dataran tinggi.
2)         Buang bunga pertama untuk tanaman di dataran rendah dan sedang. Khusus di dataran tinggi, perempelan bunga dilakukan sampai pada bunga kedua dan ketiga tergantung kondisi tanaman. Bila tanaman tumbuh subur, perempelan bunga dilakukan sampai bunga kedua. Bila tanaman kurus maka perempelan bunga sampai bunga ketiga.
3)         Bunga daun-daun dibawah cabang utama pada saat tanaman minimal berumur 75 HST di dataran rendah dan sedang atau 90 HST di dataran tinggi.

e.         Pengairan :
1)         Siram tanaman 2 hari sekali saat berumur < 40 HST bila tidak hujan. Penyiraman sangat penting karena akar tanaman belum mampu menjangkau sampai ke lapisan tanah bedengan terbawah. Cara pengairan dapat dilakukan dengan cara mengukucurkan air bertekanan rendah melalui selang bila penanaman tidak di sawah. Sedang penanaman di sawah, pengairan tanaman dapat dilakukan melalui penggenangan parit sekitar ¾ tinggi bedengan.
2)         Lakukan penggenangan atau penyiraman tanaman seminggu sekali pada saat pembesaran buah, sekitar umur 20-60 HST. Untuk membasahi seluruh permukaan bedengan, cukup dengan penyiraman pada saat penggenangan.
3)         Buang air berlebihan pada musim hujan. Adanya genangan air menyebabkan akar tanaman cedera sehingga mudah terinfeksi F. oxysporum dan bakteri P. Solanaceaum.

f.          Pengajiran
Ajir harus dipasang saat tanaman berumur 1 bulan. Tujuannya untuk menghindarkan rusaknya akar tanaman. Bahan dan cara pengajiran sebagai berikut :
1)         Pasang ajir dari bambu setinggi 1,25-1,50 meter, lebar 4 cm dan tebal 2,5 cm. Ajir ini ditancapkan diantara tanaman dalam satu baris (tidak disekitar lubang tanam).
2)         Hubungkan antara ajir dengan gelagar dari bambu sepanjang 6 meter (tergantung keperluan) lebar 3 cm dan tebal 2 cm, atau dengan tali rafia. Jarak gelagar dengan permukaan bedengan antra 30-35 cm, tepat diantara batang utama dengan percabangan utama.
3)         Ikat batang tanaman pada ajir atau dengan gelagar dengan tali rafia atau kain dengan sistem angka delapan. Antara ajir dengan gelagar diikat dengan tali rafia atau kawat tipis.
4)         Pasang gelagar tambahan bila tanaman subur pada umur 45-50 HST yakni sepanjang 1,5 meter pada kedua ajir di ujung bedengan (searah lebar bedengan). Sekitar 10 cm dari potongan gelagar tadi dihubungkan dengan gelagar tipis memanjang searah bedengan.

g.         Pemupukan
1)         Pupuk daun :
a)         Semprotkan Complesal Special Tonic atau Kemira Green dengan konsentrasi 1,5-2 gr/lt air pada saat tanaman berumur 30 HST (menjelang pembentukan buah). Interval pemberian pupuk daun cukup 10-14 hari sekali.
b)         Semprotkan pupuk Multimikro pada saat tanaman menjelang berbunga (25 HST) dan diulangi setiap 14 hari sekali dengan konsentrasi 1,5 ml/lt air. Pemberian pupuk daun mikro ini cukup 3-4 kali per musim. Tujuannya untuk memelihara kesehatan tanaman dan peningkatan mutu maupun jumlah produksi.
c)         Semprotkan kembali pupuk daun (Complesal Special Tonic atau Kemira Green) pada umur 35 HST (pembentukan bunga dan buah), konsentrasi 1,5 sampai 2 gr/lt air dan interval pembelian 10-14 hari.

2)         Pupuk akar :
a)         Lakukan pemupukan susulan pertama dan kedua pada saat tanaman berumur 50-65 HST dan 90-115 HST. Pupuk yang digunakan dapat berupa campuran ZA, Urea, TPS, dan KCL dengan perbandingan 1:1:1:1. Dosis pupuk sebanyak 10 gr/tanaman atau 180 gr/ha yang dibuat dari campuran ZA, Urea, TSP, dan KCL masing-masing 45 kg.
b)         Beri pupuk pertama dengan ditugal diantara 2 baris tanaman. Pemupukan susulan kedua diberikan diantara dua tanaman dalam 1 baris dan tidak tepat ditengah garis antara dua tanaman, tetapi agak mundur 10 cm agak kebelakang. Tujuannya agar pupuk tidak mudah turun ke selokan.

3)         Pupuk kocoran :
a)         Kocorkan pupuk KNO3, untuk pertumbuhan vegetatif dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Bila bertujuan untuk pembentukan bunga dan buah, gunakan pupuk NPK.
b)         Pupuk kocoran cukup diberikan 2-3 kali selama musim tanam bila pupuk utuh juga di berikan.
c)         Pemberian paling tepat pada saat tanaman berumur 40 HST, 80 HST dan 120 HST. Konsentrasi pupuk adalah 3 kg/200 lt air (40 HST), 4 kg/200 lt air (80 HST) dan 5 kg/200 lt air (120 HST).

h.         Pengendalian :
1)         Rendam benih pada air panas ( 55 oC ) selama 30 menit atau dalam air hangat yang mengandung Derasol 60 WP 2 gr/lt.
2)         Panen buah yang terserang setiap hari kemudian di bakar.
3)         Semprotkan Derosal 60 WP (2 gr/lt) dicampur dengan Dithane M45 dengan perbandingan 1 : 5 (kosentrasi campuran).

Busuk phytophthora
Gejala : Pada pangkal batang tampak busuk batang coklat kehitaman, tanaman layu kemudian mati tanpa daun menguning terlebih dahulu

Penyebab : Phytophthora capsici Leonian

Pengendalian :
1)         Potong bagian tanaman yang terserang lalu olesi dengan fungisida kontak misalnya Trineb ( 15 gr/lt ) atau semprotkan Previcur N ( 5-10 ml/lt )
2)                  Petik daun dan potong batng atau cabangyang terserang penyakit kemudian musnahkan agar tidak menular ketanaman yang sehat

i.          Panen
Panen perdana cabai merah hot beauty di dataran rendah atau menengah rata-rata pada umur 75-86 HST, sedang didataran tinggi 85-95 HST. Kriteria panen tergantung pada tujuan pemasaran. Untuk pasar lokal cabai di panen pada saat bobot buah maksimal, bentuknya padat dan warnanya merah menyala (90 % masak). Sedang untuk pasar ekspor atau antar pulau dipetik saat buahnya telah banyak berwarna merah dengan belang-belang hitam (80-90 % masak).

Waktu dan cara panen sebagai berikut :
1)         Lakukan pemanenan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal sebagai hasil penimbunan zat-zat makanan pada malam harinya dan belum banyak mengalami penguapan.
2)         Petik buah beserta tangkainya agar daya simpannya lebih lama dan penyusutan bobot hasil panen berkurang.
3)         Tempatkan cabai yang sehat dan yang terserang penyakit di wadah terpisah, sedang wadah penampungan dan pengangkutan dari kebun ke tempat pengepakan sebaiknya berbahan kaku seperti keranjang plastik.
4)         Secara bersamaan panen buah yang rusak atau sakit supaya tidak menular ke cabai yang lainnya.

j.          Sortasi dan pengkelasan buah
Tahapan proses ini sebaiknya berpedoman pada syarat mutu yang direncanakan. Caranya sebagai berikut :
1)         Hamparkan hasil panen di suatu hamparan yang bersih.
2)         Pilah antara cabai yang utuh dan sehat, cabai utuh tetapi abnormal, cabai yang rusak sewaktu panen dan pengangkutan dan cabai yang terserang hama penyakit.
3)         Golongkan buah cabai berdasarkan mutu dan panjang ukuran buah.

k.         Pengemasan
1)         Pasar domestik :
Pengemasan untuk pasar domestik cukup dengan menggunakan karung-karung plastik yang berlubang-lubang atau kotak karton berventilasi. Daya muat kemasan 25-30 kg. Kemasan karton ini digunakan untuk pengiriman antar pulau. Sedang kemasan untuk pasar swalayan, produk dikemas dengan plastik transparan berlubang dengan berat 0,5 sampai 1 kg. Untuk pasokan ke rumah makan, cabai juga dikemas dengan plastik berlubang seberat 5 kg per kemasan. Tujuan pelubangan kemasan adalah untuk mencegah terjadinya pengembunan didalam plastik yang dapat mengakibatkan pembusukan cabai.

2)         Pasar Ekspor :
Cabai dikemas dengan karton gelombang teleskopik. Ukuran bagian dalam kemasan : 290 cm x 200 cm x 105 cm. Daya muat 15-20 kg cabai segar. Lubang ventilasi di bagian sisi pendek, sisi panjang dan bagian atas sisi pendek masing-masing sebanyak 2 buah. Cabai-cabai disusun rapi menurut ukuran panjang buahnya. Penyusunan yang acak-acakan menyebabkan kerusakan mekanik sehingga menurunkan mutu cabai.

l.          Penyimpanan
Cabai yang telah dikemas dan tidak langsung dipasarkan sebaiknya disimpan di ruangan yang berudara sejuk dan kering. Cabai untuk pasar swalayan dan restoran sebaiknya disimpan di lemari pendingin, sedangkan cabai untuk ekspor paling lambat 2 x 24 jam harus segera dikirimkan dan pada hari berikutnya telah sampai di negara tujuan. Kemasan cabai ini disimpan dalam ruang pendingin bersuhu 7,8-8,9 oC. Kesegaran cabai dapat dipertahankan hingga 40 hari dengan tingkat kerusakan 4 % bila disimpan pada suhu 0 oC, RH 95-96 %. (Ahmad Hidayat, PMHP Ahli Madya Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar